PENELITIAN MENGENAI KEBAKARAN
PENELITIAN KAMI

Bagaimana mencegah kebakaran lebih lanjut di area lahan gambut? Untuk menjawab pertanyaan ini dan untuk mengurangi dampak pembakaran, pertama-tama para peneliti kebakaran kami bertanya 'mengapa' dan 'bagaimana' kebakaran gambut terjadi.

Penelitian kebakaran kami berusaha untuk memahami pemicu sosio-ekonomi dan biofisik kebakaran lahan gambut serta bagaimana hal ini dapat dikelola dengan lebih baik untuk mengurangi kebakaran dan kabut asap yang tidak diinginkan serta emisi gas rumah kaca yang terkait. Peneliti kami telah meneliti penyebab, perilaku dan pergerakan lahan gambut dan kebakaran gambut. Pemahaman yang lebih baik tentang penyebab kebakaran gambut baik biofisik maupun sosial akan mengarah pada perumusan dan penerapan metode yang lebih baik untuk mengelola lahan gambut, dan membantu meningkatkan deteksi kebakaran serta sistem peringatan dini untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran di lahan gambut.

EVALUASI TEMPAT KEBAKARAN
Setiap kebakaran adalah hal yang menarik dan peneliti api yang berpengalaman dapat membaca gambaran mengenai api hanya dengan melihat lokasi kebakaran. Hal ini adalah keterampilan yang dikembangkan dari waktu ke waktu, tetapi kemampuan untuk 'membaca' api ini dapat ditingkatkan melalui pelatihan. Pelatihan Lapangan Pemantauan Kebakaran Gambut yang disampaikan oleh komponen ini meninjau para peneliti kebakaran melakukan pendekatan lapangan secara rinci melalui ‘Evaluasi Lokasi Kebakaran’. Menggunakan metodologi ini memungkinkan pengumpulan data pemantauan kebakaran yang akurat dan konsisten di lapangan. Data ini dapat dimasukkan ke dalam database tingkat nasional dan dianalisis secara kuantitatif. Hal ini dapat dicapai dengan membekali para peneliti dengan pengetahuan dan alat yang sangat spesifik berdasarkan metodologi yang dikembangkan oleh Proyek Penelitian Kebakaran Gambut NASA UMCES–IPB untuk mengeksplorasi penyebab biofisik dan sosial dari pemantik, penyebaran, dan transisinya dari permukaan ke dalam gambut.

Fire scene evaluations were performed in different peat locations and land cover types during the four-year study period in selected areas within OKI and Pulang Pisau Districts in South Sumatra and Central Kalimantan respectively. The analysed data will help develop an understanding of how fire prevention and management techniques affect the resulting fire outputs such as the extent of area burned, and the associated carbon emissions. Data collection has comprised of: location and access points to the fire; total area burned; fuel loads; land tenure, usage and access rights; fire ignition and control; authorities involved; scientific data; and peatfire behavior.

SISTEM PENILAIAN BAHAYA KEBAKARAN UNTUK LAHAN GAMBUT
Sistem peringkat bahaya kebakaran (fire danger rating system -FDRS) dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan dan risiko kebakaran yang terjadi dan membantu pemadaman kebakaran. Negara-negara menggunakan FDRS untuk mengukur potensi kebakaran yang memicu, menyebar, dan menyebabkan kerusakan berdasarkan indeks cuaca tertentu, termasuk kelembaban relatif, curah hujan, kecepatan angin, beban bahan bakar hutan, dan suhu. Pada tahun 1999, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mengidentifikasi perlunya FDRS Indonesia dan Malaysia setelah peristiwa kebakaran besar pada saat itu. Sejak Februari 2002, FDRS telah digunakan oleh Badan Geofisika, Klimatologi dan Meteorologi Indonesia untuk mengukur potensi kebakaran hutan gambut yang parah.

Pemerintah Indonesia (GOI) telah memiliki Fire Danger Rating System (FDRS), yang telah berkembang selama dua dekade melalui upaya gabungan dari berbagai institusi. Akurasi dan resolusinya telah ditingkatkan secara progresif namun belum dirancang untuk memprediksi kebakaran gambut berisiko tinggi. Gambut Kita telah mengkaji sejarah FDRS yang ada di Indonesia untuk mendapatkan peluang pengembangan lebih lanjut untuk menargetkan kebakaran gambut berisiko tinggi dengan lebih baik. Untuk mencapai tujuan ini, ilmuwan kebakaran CSIRO dan ANU bekerja sama dengan ilmuwan kebakaran di FOERDIA di Bogor yang telah menganalisis dan mendokumentasikan sistem peringkat bahaya kebakaran gambut yang diusulkan dan mengidentifikasi kegunaan serta keakuratan pendekatan yang digunakan seiring dengan membuat saran perbaikan untuk versi saat ini. berbagai sistem penilaian bahaya kebakaran gambut telah dikembangkan oleh BMKG, pemadam kebakaran KLHK, Universitas, proyek donor dan masyarakat. Gambut Kita has examined the history of Indonesia’s existing FDRS in order to elicit opportunities for its further development to better target high-risk peat fires. To achieve this objective, CSIRO and ANU fire scientists in association with fire scientists in FOERDIA in Bogor have been analysing and documenting the proposed peat fire danger rating systems and identifying the usefulness and accuracy of the approaches used while also making suggested improvements to current versions of the different peat fire danger rating systems developed by BMKG, MOEF fire department, Universities, donor projects and communities.

Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran Indonesia (fire danger rating system-FDRS) saat ini digunakan di tingkat provinsi dan nasional, tetapi tidak dapat digunakan secara efektif di tingkat kecamatan dan/atau desa. Saat ini, kemampuan pemerintah daerah untuk memberikan informasi kebakaran gambut terbatas pada kebakaran di permukaan, dan berdasarkan data cuaca dari stasiun cuaca yang jumlahnya sangat sedikit. Data yang dikumpulkan oleh proyek Gambut Kita memberikan pengukuran yang lebih akurat pada bahan bakar halus dan menggabungkan pemahaman yang lebih baik mengenai perubahan diurnal dalam kelembaban gambut di lapisan permukaan. Data tersebut akan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah untuk menginformasikan kecamatannya tentang aspek bahaya kebakaran gambut yang paling rinci.

Sistem Penilaian Bahaya Kebakaran Gambut (Peat Fire Danger Rating System-PFDRS) yang sedang dikembangkan dapat digunakan oleh masyarakat pemadam kebakaran, pemerintah daerah dan lembaga nasional. Masyarakat sekitar diharapkan dapat memanfaatkan PFRDS melalui kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) yang dibentuk oleh pemerintah. Pengguna lainnya akan mencakup pemerintah desa dan kecamatan serta sejumlah lembaga pemerintah nasional, terutama brigade pemadam kebakaran (Manggala Agni); Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, BPPT); Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) (KLHK); dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, BMKG).