PENGENDALIAN KEBAKARAN

Kebakaran merupakan hasil sekaligus penyebab degradasi lahan gambut. Lahan gambut yang dikeringkan, ditebang, dan dikonversi sangat rentan terhadap kebakaran, yang pada akhirnya membuat sistem terdegradasi menjadi lebih parah. Kebakaran di permukaan lahan gambut bersifat merusak, tetapi, ketika kebakaran ini beralih di bawah gambut, hal tersebut menjadi lebih berbahaya karena menghasilkan gas rumah kaca, polutan, racun, dan kabut asap yang dihasilkannya. Penelitian telah memperlihatkan hubungan antara pembukaan lahan, drainase dan pola curah hujan dengan frekuensi kebakaran, tingkat keparahan dan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan. Untuk alasan ini, diperlukan beberapa strategi yang efektif untuk mengurangi terjadinya kebakaran gambut melalui peningkatan pemahaman dan pengelolaan. Mitigasi risiko kebakaran paling baik dilakukan melalui pendekatan gabungan dari pemantauan, prediksi dan pencegahan.

fire Monitoring

Hampir semua sumber kebakaran lahan gambut bersifat antropogenik, dan tidak ada bukti bahwa petir atau kondisi lingkungan lainnya memicu kebakaran lahan gambut di lahan gambut tropis tanpa keterlibatan manusia. Penelitian mengenai kebakaran menunjukkan bahwa baik kondisi biofisik seperti muatan bahan bakar, permukaan air tanah dan curah hujan, serta tindakan manusia seperti penggunaan lahan dan aktivitas mata pencaharian, merupakan peran kunci dalam menentukan terjadinya kebakaran, penyebaran serta menjadi penyebab kebakaran gambut. Oleh karena itu, strategi dan alat yang efektif untuk mencegah kebakaran harus didasarkan pada pengetahuan yang lengkap tentang kondisi biofisik, sosial dan ekonomi yang menyebabkan kebakaran gambut, dan bagaimana kondisi ini berkaitan dengan penggunaan lahan dan pengelolaan lahan.

fire Prediction

Baik pemantauan dan prediksi dapat dianggap sebagai rangkaian kesatuan dalam sistem yang sama. Pemantauan berlangsung secara langsung, sedangkan prediksi sebagian besar didasarkan pada pola iklim dan cuaca dan mempelajari tren dari waktu ke waktu. Data pemantauan kemudian diterapkan pada tren yang lebih luas yang terjadi dalam waktu yang lama untuk membantu memprediksi perilaku dan risiko di masa depan. Dengan demikian, prediksi kebakaran yang akurat hanya dapat dilakukan dengan pemantauan waktu secara langsung.

Menyadari adanya 1,7 juta hektar lahan gambut terbakar di tahun 2015, jelas bahwa pengelolaan kebakaran yang efektif harus bisa mencegah kebakaran. Salah satu aspek kunci untuk melakukan pencegahan kebakaran di lahan gambut adalah dengan memulihkan keseimbangan hidrologis, dan mempertahankan ketinggian permukaan air tanah. Hal ini dapat dicapai melalui program pembasahan kembali lanskap sehingga mengurangi risiko terjadinya kebakaran lahan gambut permukaan menjadi kebakaran gambut di bawah permukaan yang lebih berbahaya. Selain pembasahan kembali, strategi pengelolaan kebakaran lainnya meliputi: mengadopsi strategi nol pembakaran untuk semua pertanian komersial; meningkatkan penegakan hukum; meningkatkan kapasitas untuk pemantauan lokal dan prediksi risiko kebakaran; melaksanakan patroli kebakaran secara berkala; dan pemantauan risiko kebakaran menggunakan teknologi jarak jauh. Pengurangan risiko kebakaran pun memerlukan penguatan koordinasi antar instansi yang terlibat dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan gambut, dan melakukan perbaikan lebih lanjut terhadap kebijakan dan peraturan tata guna lahan yang ada.

fire Prevention