GAMBUT TROPIS

Pertanyaan Umum

Indonesia memiliki sekitar 50 persen dari lahan gambut tropis di dunia, yang mencakup sekitar 22 juta hektar serta tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Sekitar 50 persen lahan gambut di Sumatera dan Kalimantan saat ini dikelola oleh petani kecil atau perusahaan perkebunan industri yang membudidayakan spesies tanaman kering seperti kelapa sawit, pohon akasia dan tanaman pangan. Lahan gambut yang tidak tersentuh merupakan ekosistem kubangan air yang tahan terhadap api di sebagian besar situasi, namun lahan gambut yang kering akibat adanya kanal-kanal sangat mudah terbakar. Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai permasalahan drainase dan restorasi lahan gambut yang terdegradasi, silakan lihat Pertanyaan Umum.

Hutan Rawa Gambut

Hutan Rawa Gambut Indonesia (HRGI) memberikan manfaat lokal dan global yang penting. Namun, saluran drainase dan konversi menjadi lahan pertanian menyebabkan kerusakan lingkungan, sosial dan ekonomi yang cukup besar serta tidak dapat diubah. Di Indonesia, sekitar 2,5 juta hektar HRGI telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, karet dan kayu. Selanjutnya 2,5 juta hektar HRGI telah dibabat dan dibudidayakan oleh para petani kecil. Konversi dari HRGI ke pertanian, baik oleh petani kecil atau agroindustri, menyebabkan emisi gas rumah kaca besar-besaran dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pengelolaan HRGI yang berkelanjutan merupakan tantangan yang ditanggapi serius oleh Pemerintah Indonesia; sebagaimana yang telah dibuktikan oleh upaya tingkat tinggi baru-baru ini untuk meningkatkan pengelolaan dan konservasi hutan rawa gambut yang tersisa, mencegah kebakaran hutan dan memulihkan lahan gambut yang terdegradasi. 

TANTANGAN-TANTANGAN UTAMA

Penelitian kami akan berkontribusi pada solusi untuk empat tantangan besar yang dihadapi Indonesia:

Solusi Berbasis Alam

Lahan gambut adalah salah satu ekosistem yang paling bernilai di dunia yang dapat melindungi keanekaragaman hayati dan mencegah banjir. Meskipun hanya mencakup 3% dari permukaan lahan global, lahan gambut menyimpan karbon dua kali lebih banyak dari semua hutan di dunia. Namun, degradasi lahan gambut global melepaskan hampir 2 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer setiap tahun. Di Indonesia, 42% dari seluruh emisi gas rumah kaca untuk tahun 2015 disebabkan oleh lahan gambut yang terdegradasi. Namun untungnya, intervensi berbasis alam seperti pembasahan kembali dan revegetasi dapat memberikan solusi berdampak tinggi dan berbiaya rendah untuk masalah ini.

Peatland-degradation_IDPeatland-degradation2_ID