Bagaimana petani dan masyarakat lokal dapat terus bercocok tanam di lahan gambut yang dibasahi kembali tanpa kehilangan mata pencaharian?
Pembasahan terjadwal pada area lahan gambut yang luas membutuhkan pilihan mata pencaharian alternatif serta model bisnis yang berkelanjutan dan terukur dikaitkan dengan restorasi gambut yang terdegradasi. Penelitian mata pencaharian kami mengevaluasi potensi berbagai sistem produksi pertanian, agroforestri dan kehutanan bagi petani yang tinggal di lahan gambut yang dibasahi kembali. Pilihan mata pencaharian berkelanjutan di lahan gambut yang dibasahi kembali bergantung pada pengembangan agroforestri ramah-gambut, perikanan dan tanaman ramah gambut serta model bisnis yang sesuai, memungkinkan keterlibatan petani kecil dalam rantai nilai baru untuk komoditas baru. Model-model alternatif ini perlu memanfaatkan spesies lahan gambut yang dapat bertahan hidup di lahan gambut yang dibasahi sepenuhnya dan dapat diandalkan untuk menjadi sumber rantai nilai. Sebagai contoh, produksi jelutung untuk getah, kelapa sawit untuk kacang dan mentega, dan sagu yang dibudidayakan di berbagai wilayah Indonesia yang masing-masing memiliki potensi ekonomi yang cukup besar. Dengan demikian, pilihan tanaman pertanian alternatif masing-masing memerlukan penilaian potensi rantai pasar dan nilai pasarnya. Memiliki analisis rantai nilai yang baik dari berbagai komoditas ramah gambut pun akan menstimulasi pelaku lain untuk berpikir mengenai bagaimana membangun industri pengolahan produk alternatif.
