Revegetasi
RESTORASI LAHAN GAMBUT

Revegetasi adalah proses pembentukan tutupan vegetasi pada area terdegradasi di lahan gambut tropis yang sekarang didominasi oleh spesies pakis dan sedges yang invasif. Spesies yang paling cocok untuk ditanam di daerah yang dibasahi kembali adalah yang termasuk dalam flora asli hutan rawa gambut. 

Pendekatan yang berbeda dapat diambil untuk revegetasi, tergantung pada tingkat degradasi hutan yang telah terjadi. Jika sisa-sisa hutan rawa gambut asli tetap ada di daerah tersebut, rehabilitasi hidrologis kadang-kadang mungkin cukup bagi hutan untuk beregenerasi secara alami, asalkan daerah tersebut dilindungi dari penebangan dan kebakaran. Kadang-kadang metode Assisted Natural Regeneration (ANR) dapat digunakan juga, seperti penyiangan. Namun, jika hanya sedikit pohon yang tersisa, penyebaran benih rendah dan kondisi lingkungan menjadi terlalu ekstrim untuk memungkinkan perkecambahan, maka pengayaan atau penanaman kembali mungkin diperlukan.

Sementara pembasahan kembali dapat dicapai dengan relatif cepat, revegetasi dapat memakan waktu lebih lama, tergantung pada keadaan akhir yang diinginkan, yang dapat berupa hutan yang tumbuh penuh untuk menyimpan karbon, perkebunan agroforestri yang produktif, atau kombinasi dari semuanya. Berbagai pilihan wanatani (agroforestri) tersedia, tergantung pada tujuan pengelolaan dan kondisi spesifik lokasi seperti hidrologi, karakteristik gambut, kebijakan tata guna lahan dan tata guna lahan saat ini, kepemilikan lahan, dan prioritas yang diberikan untuk konservasi atau perlindungan.

Sejarah kebakaran, tingkat banjir, dan tingkat degradasi hutan secara keseluruhan, menentukan spesies pohon mana yang alami dapat dimanfaatkan dalam restorasi hutan. Dalam semua kasus, baik revegetasi maupun dukungan regenerasi alam/assisted natural regeneration paling baik dilakukan dengan menggunakan spesies lahan basah endemik yang beradaptasi dengan baik. Di kawasan lindung, spesies yang memiliki kepentingan ekologis pun harus dimasukkan dalam campuran spesies. Di daerah lain, mungkin penting untuk berkontribusi pada mata pencaharian lokal, spesies berguna yang termasuk dalam flora hutan rawa gambut asli dapat ditanam untuk memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

Program revegetasi dan restorasi hutan kini dapat memanfaatkan lebih dari delapan puluh spesies hutan rawa gambut yang berpotensi penting secara ekonomi bagi masyarakat lokal. Budidaya spesies rawa ini di gambut yang dibasahi disebut 'paludikultur'. Tanaman Paludikultur sebagian besar terdiri dari jenis pohon produktif yang dipilih dari hutan rawa gambut Indonesia yang tidak memerlukan drainase. 

Beberapa contoh yang umum dikenal antara lain jelutung, pohon sagu, dan rotan. Banyak tanaman paludikultur lain yang kurang dikenal masih memerlukan dukungan lebih lanjut untuk mengembangkan rantai pasokan pasar, dan untuk mengatasi hambatan peraturan seperti yang ditetapkan untuk mengekang pemanenan kayu dari hutan alam.

Di hampir semua kasus, pengembangan rantai nilai berkelanjutan untuk produk ramah gambut dan peningkatan akses ke pasar masih diperlukan untuk membuktikan nilai ekonomi spesies hutan rawa gambut dan meningkatkan pengelolaan biomassa di lahan gambut. Dukungan tentu diperlukan untuk pengembangan produk-produk baru yang dapat dipasarkan termasuk pengembangan kapasitas dan teknis, serta peningkatan