PENELITIAN TANAH
PENELITIAN KAMI

Apa saja persyaratan fisik dan kimia untuk sistem produksi pertanian yang berkelanjutan dan menguntungkan di lahan gambut yang dangkal?

Untuk menjawab pertanyaan ini, para peneliti tanah berusaha memahami pengaruh praktik restorasi gambut terhadap karakteristik gambut dan dinamika air. Tanah gambut sangat heterogen dalam hal humifikasi, jenis vegetasi dan sejarah kebakaran, dan semua faktor ini mempengaruhi sifat tanah, yang pada susunannya, mempengaruhi cara terbaik untuk memulihkan ekosistem lahan gambut. Sifat fisik dan kimia gambut berubah dari waktu ke waktu, dan ini memiliki konsekuensi dalam hal kemungkinan penggunaan lahan di masa depan yang mempengaruhi kesesuaian untuk konservasi, penggunaan campuran atau perkebunan.

Pengaruh kebakaran gambut terhadap sifat fisik tanah tergantung pada berbagai variabel, termasuk tingkat humifikasi gambut dan luas kebakaran dalam hal frekuensi dan intensitas kebakaran. Frekuensi, luas, dan intensitas kebakaran, semuanya mempengaruhi ketersediaan hara gambut, sehingga rejim kebakaran yang intens menghasilkan ketersediaan hara yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kebakaran yang tidak terlalu intens. Informasi tersebut penting ketika mempertimbangkan cara dan sarana untuk memulihkan area lahan gambut yang terkena kebakaran.

Sifat fisik tanah dapat berubah, seperti kemampuan menyerap dan menahan air setelah kebakaran, atau sebagai akibat dari pemadatan atau degradasi. Dengan demikian, memahami bagaimana dinamika tanah dan air berubah saat lahan gambut kering dan basah akan menginformasikan praktik restorasi dan revegetasi dan membantu dalam transisi mata pencaharian laki-laki dan perempuan di lahan gambut yang dibasahi kembali. Sebagai contoh, di Kalimantan Tengah, deforestasi dan drainase yang berlebihan di area Proyek Beras Mega telah merusak sifat retensi dan penyerapan air lahan gambut, dan telah mengakibatkan peningkatan banjir selama musim hujan.

Sifat kimia tanah pun dapat berubah dari waktu ke waktu, yang mempengaruhi faktor-faktor seperti ketersediaan nutrisi, dan keasaman. Petani yang melakukan tebas-bakar percaya bahwa abu yang dihasilkan akan meningkatkan pH dan kesuburan tanah. Memang, pembakaran tanah gambut dapat menghasilkan mineral bebas dari abu yang kaya akan karbon organik, magnesium, kalium, fosfor, dan natrium. Namun, peningkatan nutrisi ini menurun dengan cepat dengan pelunturan selama musim hujan.

Sampai saat ini, penelitian tanah kami berfokus pada pengembangan kapasitas di sekitar pengambilan sampel tanah, fisika tanah dan kimia tanah dan air serta penulisan ilmiah dan analisis data. Tim telah membangun modal sumber daya manusia dan infrastruktur untuk mengukur secara objektif sifat tanah dan air tanah gambut serta pengaruh praktik restorasi gambut terhadap karakteristik gambut dan dinamika air. Lokakarya peningkatan kapasitas berfokus pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan praktis tim peneliti seputar pengambilan sampel tanah, sifat fisik tanah, dan kimia tanah diantara tim peneliti. Keluaran yang dikembangkan oleh komponen ini akan membantu pengambil keputusan dalam memilih pendekatan restorasi yang paling sesuai secara lokal dan dimaksudkan untuk digunakan terutama oleh instansi pemerintah yang memiliki tanggung jawab penting untuk memantau keberhasilan restorasi lahan gambut.

Lahan gambut pun mengakumulasi karbon berusia ribuan tahun dalam bentuk bahan organik tanah. Mengestimasi emisi karbon dari lahan gambut membutuhkan definisi gambut yang konsisten, pengetahuan tentang ketebalan gambut, volume gambut dan kerapatan curah gambut. Dalam komponen ini, Dr Liubov Volkova dari University of Melbourne bekerja sama dengan para pemangku kepentingan dan Pemerintah Indonesia, meningkatkan basis pengetahuan parameter untuk menghitung emisi gas rumah kaca dari kebakaran gambut di area lahan gambut yang semakin terdegradasi. Pekerjaan ini akan memungkinkan pemerintah untuk memasukkan emisi kebakaran gambut dalam pelaporan internasional mereka ke Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim dan mengklaim manfaat pengurangan emisi dari waktu ke waktu.

Upaya restorasi gambut di Indonesia mengalami kemajuan pesat, namun keberhasilan upaya ini sering kali tidak terjamah atau terdokumentasikan. Dua teknik yang diujicobakan dalam proyek ACIAR sebelumnya – menara fluks kovarians eddy (eddy covariance flux towers) dan sensor bunglon (chameleon sensors)– menunjukkan potensi kuatnya sebagai alat untuk memberdayakan pemerintah dan masyarakat untuk memantau dan membantu mengelola restorasi lahan gambut. Teknik-teknik ini memantau perubahan tingkat kelembaban gambut dan fluks karbon dan metana dari ekosistem. Kegiatan penelitian kecil selanjutnya, yang dipimpin oleh Dr Samantha Grover dari RMIT University, menggunakan data ini untuk bekerja dengan masyarakat, lembaga pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya untuk memberikan informasi berguna yang mendukung pengambilan keputusan dalam restorasi lahan gambut dan manajemen kebakaran. Pelibatan pemangku kepentingan, yang telah dimulai, menjadi fokus utama kegiatan ini.