LEBIH SEDIKIT KEBAKARAN DI BENTANG ALAM YANG DIKELOLA

Menyusul peristiwa kebakaran hebat tahun 2015, Indonesia memperkenalkan langkah-langkah pencegahan kebakaran baru untuk mengurangi kerusakan tanaman, kabut asap, degradasi hutan, dan emisi karbon. 


Upaya pencegahan kebakaran yang mencakup penegakan ketat larangan presiden terhadap pembakaran telah menghasilkan penurunan kebakaran yang signifikan antara 2016 dan 2019, kebakaran berkurang sebesar 77% dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya untuk kondisi cuaca serupa.

Gambar Satelit kabut asap Asia Tenggara tahun 2019 di Kalimantan (15 September)

Walaupun serangan musim kebakaran tahun 2019 tertunda dengan baik selama 30-50 hari akibat dari kebijakan “Tidak ada Pembakaran”, upaya pencegahan kebakaran menjadi kurang efektif selama musim kering El-Nino di tahun 2019, dengan jumlah kebakaran hanya 30% lebih sedikit dari yang diperkirakan dalam kondisi yang sebanding.

Kebakaran di lahan pertanian kecil cenderung menyebar ke lahan lain

Mengenai apakah perusahaan atau petani kecil yang paling banyak menyebabkan kebakaran, penelitian terbaru oleh Gambut Kita dan peneliti lain (Sloan et al., 2021) menunjukkan bahwa baik agroindustri dan lahan kecil/menengah terbakar secara luas, sebanding dan sebagian besar di luar wilayah konsesi.

Di luar konsesi, sekitar setengah kebakaran dari lahan kecil/menengah berdampak pada lahan lain, sementara setengah titik api di lahan agroindustri berasal dari lahan lain yang terdegradasi.

Kebakaran gambut dapat terus menyala di bawah tanah selama berbulan-bulan

Sekitar setengah dari kebakaran yang dimulai pada kepemilikan lahan kecil/menengah menyebar ke konsesi agroindustri dan lahan kosong yang tidak dikelola. Dengan demikian, pemilikan lahan kecil/menengah (12-22% dari aktivitas kebakaran) adalah jalur “Penyebar Api”, sehingga setengah dari aktivitas pembakaran tersebut memengaruhi lahan lain.

Sebaliknya, lahan agroindustri (18-26% dari aktivitas kebakaran) adalah jalur “Penerima Api” dari pemilikan lahan kecil/menengah dan dari lahan yang tidak dikelola.

Hutan rawa gambut secara bertahap hilang dari bentang alam karena kebakaran berturut-turut

Sekitar setengah dari kebakaran berasal dari lahan yang tidak dikelola, sedangkan setengah dari aktivitas kebakaran lainnya berasal dari lahan yang berada di bawah penggunaan lahan yang dikelola. Selain itu, tiga perempat dari keseluruhan aktivitas kebakaran berasal dari, atau terjadi di lahan yang sedang digunakan secara aktif. Oleh karena itu, upaya pencegahan kebakaran harus difokuskan tidak hanya pada lahan yang terdegradasi dan tidak dikelola, yang rentan terhadap serangan pertanian, tetapi juga pada kepemilikan lahan kecil/sedang yang merambatkan api ke lahan lainnya.

Untuk analisis yang lebih mendalam, silakan baca makalah lengkapnya: Sloan, Sean, Luca Tacconi, dan Megan E. Cattau. "Fire prevention in managed landscapes: Recent success and challenges in Indonesia.”

Facebook
Email
Twitter
LinkedIn
WhatsApp