Panen yang Aman untuk Pemburu Madu

Di lahan gambut Kalimantan Tengah, hutan berbunga dua kali setahun, biasanya pada bulan Juni dan November. Kali ini, rombongan 10 pemburu madu dari Tumbang Nusa akan bersama-sama berkeliling hutan mencari sarang lebah liar untuk dipanen.

 

Madi (40 tahun) sudah bertahun-tahun mengumpulkan madu hutan. Dia mengatakan bahwa lebah madu (Apis dorsata) biasanya bersarang di dahan tinggi pohon 'Rengas' (Gluta renghas) dengan sarang lebah yang sangat besar yang biasanya menggantung sekitar 10 meter di atas tanah. Untuk menjangkau sarang lebah madu tersebut, dia menancapkan paku panjang ke pohon untuk membuat pijakan untuk memanjat.

 

“Kami menggunakan paku untuk membantu kami memanjat ke atas pohon, dan tidak ada alat pengaman,” jelas Madi. Hal itu diakuinya sangat berbahaya, karena tidak sedikit warga desanya yang mengalami patah tulang, bahkan ada yang tewas meninggal dunia karena terjatuh saat mengumpulkan madu.

 

Kelompok Madi umumnya memperoleh sekitar 42 kilogram sarang lebah dari satu bulan mencari dan memanen di hutan. Dan di desa, para pedagang madu akan membayar Rp100.000 untuk satu kilogram madu hutan. “Setelah dikurangi biaya sewa perahu dan biaya lainnya, keuntungan kami bagi rata kepada seluruh anggota kelompok,” jelas Madi.

Memanjat pohon Rengas menggunakan paku

Metode ‘Tikung’

Untuk mengurangi risiko jatuh yang mematikan saat memanen madu, peneliti mata pencaharian kami memutuskan untuk memperkenalkan metode yang lebih aman. Menggunakan pendekatan Pengetahuan Kearifan Lokal (Indigenous Technical Knowledge–ITK), Yayasan Tambuhak Sinta (YTS) mengundang seorang peternak lebah pemburu madu dari Kalimantan Barat untuk berdiskusi tentang penggunaan metode ‘Tikung’ dengan masyarakat Pilang. Dan setelah mengetahui berbagai langkah yang terlibat, kelompok Madi setuju untuk mencobanya.

Memuat sampan dengan material pilihan

Memasang ‘Tikung’

Pada hari pemasangan, tujuh sampan (klotok) ditambatkan bersamaan di tepian Sungai Peluh. Masing-masing dibebani dengan tiang-tiang yang berat, dari panjang 3 hingga 5 meter. Madi menjelaskan bahwa kelompoknya baru saja menyelesaikan survei hutan. “Kami mencari pohon yang ada sarang lebahnya. Kami menemukan beberapa lokasi yang cocok.” Dia mengatakan itu adalah hari istimewa bagi kelompok itu, karena mereka sangat ingin mengklaim lokasi panen baru mereka di hutan.

Membongkar material di lokasi tujuan

Sampan berhenti di lokasi pemasangan pertama. Madi dan warga membawa lima dahan yang berat ke atas pohon Rengas setinggi 10 meter. “Lihat ke atas”, kata Madi sambil menunjuk ke atas pohon Rengas, “Ada sarang lebah besar di atas sana”.

Memasang material di lokasi

Tiang-tiang berat dipasang di bawah pohon yang dipilih untuk membuat lokasi tiruan tempat sarang lebah alami baru dapat terbentuk. Setelah lebah madu (Apis dorsata) terpancing ke Tikung, madu mereka akan lebih mudah diakses oleh kelompok.

Pemasangan membutuhkan perencanaan yang cermat dan pemikiran ke depan

Penduduk desa memaku batang kayu tersebut pada ketinggian 3 meter di atas tanah. Selanjutnya dahan diolesi campuran madu dan lilin lebah untuk mengundang lebah turun dan bersarang. “Campuran ini perlu dioleskan pada Tikung setiap tiga hari sekali,” kata Madi.

Kelompok tersebut sekarang memegang klaim adat atas lokasi panen

Sebanyak sembilan Tikung dipasang hari itu. Setelah lebah membuat sarang baru, setiap lokasi akan menghasilkan madu berkualitas tinggi dalam waktu tiga hingga empat bulan.

Peneliti GK menikmati kunjungan lapangan ke lokasi tersebut

Pada bulan Oktober, YTS memfasilitasi kunjungan lapangan selama pertemuan proyek tahunan Gambut Kita di Kalimantan Tengah. Profesor Acep Akbar, peneliti hutan dan kebakaran dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan rasa apresiasinya melihat instalasi tersebut. “Memiliki ‘Tikung’ ini akan mendorong masyarakat setempat untuk menjaga hutan,” katanya, “sebagaimana mereka akan melindungi sumber produksi madu mereka”. Ia juga menambahkan bahwa madu hutan memiliki nilai pasar yang tinggi sehingga menjadi sumber pendapatan yang baik bagi masyarakat setempat.

Facebook
Email
Twitter
LinkedIn
WhatsApp