Nanas Terbaik di Indonesia
Jika Anda bepergian di sepanjang jalan raya dari Palangka Raya ke Buntok, maka ada baiknya berhenti di sepanjang jalan untuk mencicipi 'Nanas Parigi' yang terkenal itu. Di sini, di lahan gambut dangkal di sekitar Desa Pararapak dan Desa Parigi di Kabupaten Barito Selatan, keberhasilan penanaman pohon karet yang ditumpangsarikan dengan nanas memberikan hasil yang baik bagi petani setempat.
Tertarik dengan durian dan nanas besar yang ditawarkan, tim kami berhenti di sebuah warung pinggir jalan di Dusun Danau Jutuh. Di sini, kami bertemu dengan Pak Tono (58 tahun) seorang petani lokal yang mendapat penghargaan ‘Nanas Terbaik di Indonesia’ dari Kementerian Pertanian pada tahun 2013.
Tumpangsari Nanas dengan Karet
Pak Tono menjelaskan nanas bisa ditanam di lahan terbuka atau ditumpangsarikan dengan pohon karet. “Nanas yang ditanam di alam terbuka berwarna kuning, sedangkan nanas yang ditanam di bawah pohon karet berwarna agak hijau,” jelas Tono. “Tapi kedua jenis itu masih bisa sangat manis,” tambahnya.

Menurut Pak Tono, nanas bisa tumbuh di lahan gambut tanpa pupuk. "Dibiarkan saja, pasti tumbuh," kata Pak Tono. "Setelah 8 bulan, tanaman akan tumbuh dan mulai berbuah. Pada bulan ke-12, petani sudah bisa memanen buahnya," tambahnya. Berdasarkan pengalamannya, buah pertama yang dipanen memiliki berat sekitar 2 kilogram. "Namun pada saat berbuah kedua dan ketiga, berat nanas hanya berkisar antara 1 hingga 1,5 kilogram," jelas Tono.
Menanam Tanpa Membakar
Petani nanas di Danau Jutuh tidak lagi membakar lahan. "Yang perlu kami lakukan hanyalah mengeringkan lahan dan membersihkannya dari rumput, lalu menanam nanas. Jadi tidak perlu lagi membakar lahan," kata Tono. Dengan demikian, selain memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi petani, pertanian nanas juga dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dengan membantu mengurangi risiko kebakaran hutan
Pendapatan Nanas
Kepala Dusun, Tri Susanti, menjelaskan bahwa 200 dari 1.300 penduduk Dusun Danau Jutuh adalah petani nanas. "Rata-rata setiap petani memiliki lahan seluas 5.000 meter persegi hanya untuk ditanami nanas," jelas Tri Susanti. Dari luasan tersebut, rata-rata petani akan memanen 100 buah nanas per minggu. "Nanas-nanas ini dijual ke Muara Teweh, Palangka Raya, hingga ke provinsi lain seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan bahkan ke Pulau Jawa," jelas Tri Susanti. "Nanas seberat 1 kilogram dihargai Rp5.000 hingga Rp7.000, sedangkan nanas seberat 1,5 atau 2 kilogram dihargai Rp10.000 hingga Rp15.000," tambahnya. Dalam perhitungannya, seorang petani yang memanen 100 buah nanas dalam seminggu, bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp1.000.000 per minggu.
Ketenaran ‘Nanas Parigi’ mendorong Pemerintah Kabupaten Barito Selatan untuk mendaftarkannya sebagai komoditas unggulan daerah. Apalagi berdasarkan hasil penelitian Kementerian Pertanian tahun 2013, nanas Dusun Danau Jutuh memiliki kandungan gizi yang lebih banyak dibandingkan nanas kebanyakan, yaitu lebih banyak kalium (182,3 mg/100 g) kalsium (24,2 mg/100 g) magnesium ( 24,9 mg/100 g) dan vitamin C (16,9 mg/100 g).
Produk Nanas
Melihat potensi pengolahan lokal yang lebih besar, Kepala Dusun Danau Jutuh, Ibu Tri Susanti, membentuk kelompok UKM Lestari pada tahun 2015 agar masyarakat dapat belajar membuat produk nanas sendiri. “Kesepuluh anggota kami sudah belajar membuat sirup, dodol, dan buah kering untuk kebutuhan keluarga”, jelas Tri Susanti, “Kami mendapatkan pembinaan baik dalam pengolahan maupun penjualan”, jelasnya.
Pelatihan tersebut antara lain membuat keripik nanas, mengolah daun nanas menjadi serat kain, membuat sirup nanas, dan lain-lain. Selain itu, grup juga telah menerima beberapa mesin produksi dari pemerintah. Kini, anggotanya memproduksi sirup nanas, selai, buah kering, dan dodol dalam skala rumah tangga. Harga produk tetap murah. Dodol nanas dan buah kering dijual seharga Rp7.000 per bungkus, sedangkan sirup nanas seharga Rp5.000 untuk kemasan botol 150 ml. Selai nanas harganya Rp15.000 per 500 gram. Sedangkan keripik nanas harganya Rp10.000 per bungkus.
Tri Susanti mengakui bahwa produk olahan Kelompok UKM Lestari masih banyak dijual secara lokal. Meski begitu, ia mencoba menjangkau pasar yang lebih luas dengan melakukan pemasaran daring melalui media sosial dan mengikuti pameran UMKM yang diadakan pemerintah. Alhasil, mereka terkadang bisa menjual ke konsumen di luar Barito Selatan, seperti Muara Teweh, Palangka Raya, dan daerah lain di Kalimantan. Dengan demikian, Kelompok UKM Lestari berperan penting dalam menggerakkan perekonomian masyarakat setempat. Jelaslah bahwa perlu adanya pengakuan dan dukungan yang lebih besar bagi kelompok usaha mikro tersebut, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun pelaku usaha, agar dapat terus berkembang dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.