Ikan Gabus (Channa striata) dan juga Ikan Betok (Anabas testudineus) merupakan spesies ikan asli yang tumbuh subur di lahan gambut Kalimantan. Namun, populasi liar kini terancam karena pencemaran sungai dan praktik penangkapan ikan ilegal.
Untuk membantu konservasi setempat, Pemerintah Kota Palangka Raya saat ini sedang membudidayakan kedua spesies tersebut di tambak-tambak di Kecamatan Bukit Batu, Palangka Raya. Kedua spesies ikan ini dapat mentolerir tingkat salinitas yang tinggi dan kisaran pH yang luas termasuk perairan asam lahan gambut. Selain itu, kedua spesies tersebut sangat cocok untuk produksi massal di tambak.

Fasilitas percontohan Sei Katune di Desa Banturung merupakan salah satu dari tiga hatchery yang dikelola oleh Dinas Perikanan, UPTD Budidaya Ikan Air Tawar Pemkot Palangka Raya. Menurut Heriyanto, Kepala UPTD, fasilitas ini cocok untuk membudidayakan spesies tersebut karena terletak di dekat lahan gambut Taman Nasional Sebangau. Air hitam yang agak asam dari sungai bisa kita manfaatkan untuk mengisi kolam penangkaran ikan ini, jelas Heriyanto.
Budidaya Ikan Gabus
Dinas Perikanan pertama kali membudidayakan ikan gabus di Sei Katune pada tahun 2016. Keputusan ini dibuat sebagai tanggapan atas permintaan pasar yang meningkat pesat atas hasil tangkapan nelayan lokal, yang berkontribusi terhadap penurunan populasi ikan liar.
“Karena ikan gabus kini banyak dikonsumsi, populasi liar akan terancam tanpa upaya konservasi kita,” jelas Musripah, Pengelola Produksi Ikan Tangkap Dinas Perikanan Kota Palangka Raya. “Di sini, kami membesarkan ikan gabus untuk mengisi kembali sungai dan menjaga keseimbangan populasi alami,” tambahnya.
Dinas Perikanan telah melakukan kegiatan penangkaran ikan gabus di Sei Katune sejak tahun 2016. Dari upaya tersebut, ikan gabus telah tiga kali dilepasliarkan ke perairan umum, dan juga didistribusikan ke kolam pendederan milik masyarakat di Kota Palangka Raya. Penimbunan kembali ini tidak hanya membantu menjaga populasi liar tetapi juga diharapkan dapat memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat. Untuk itu perlu dicatat bahwa harga pasar saat ini untuk 1 kg ikan gabus adalah Rp45.000.

Program pemuliaan dimulai dengan penjinakan ikan liar yang ditangkap dari sungai-sungai di sekitar Palangka Raya. Setiap pasangan indukan kemudian dipelihara di kolam terpisah selama kurang lebih dua bulan hingga jantan cukup dewasa untuk dikawinkan dengan betina. “Untuk mengawinkan sepasang gabus, kami harus menurunkan ketinggian air tambak terlebih dahulu, lalu menyiramnya dengan kapur,” jelas Musripah, Pengelola Produksi Ikan Tangkap Dinas Perikanan Kota.

“Setelah lima hari, kami memasukkan jantan dan betina ke dalam kolam pemijahan. Kami kemudian memantau proses kawin di kolam penangkaran selama tujuh hari untuk memastikan keberhasilannya,” tambahnya. Musripah menekankan pentingnya memisahkan pasangan yang tidak berhasil kawin, karena ikan dapat menjadi ancaman satu sama lain.

Musripah menjelaskan, saat ikan gabus betina bertelur menghasilkan antara tiga ribu hingga lima ribu ekor benih ikan. Telur-telur tersebut kemudian dipisahkan dari induknya menggunakan saringan jaring halus, setelah itu siap untuk ditetaskan. Penetasan telur bisa dilakukan di akuarium atau tangki fiberglass, jelas Musripah. Setelah menetas, larva ikan tidak memerlukan pakan selama dua hari pertama karena masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur.
Namun selama pemeliharaan larva, petugas harus memberikan pakan alami yang disesuaikan dengan umur larva. Pakan Artemia diberikan pada larva/benih berumur antara 4 sampai 13 hari, sedangkan pakan Daphnia diberikan pada benih berumur antara 16 sampai 21 hari. Cacing sutera diberikan kepada benih yang berumur antara 24 dan 33 hari. Setelah 2 minggu, benih ikan yang sudah mencapai panjang 3-4 sentimeter bisa dilepasliarkan ke kolam utama.

Mengembangbiakkan Ikan Betok
Sementara ikan gabus dibudidayakan untuk memenuhi kembali populasi asli, ikan betok dibudidayakan untuk konsumsi masyarakat. Dengan target menghasilkan 150.000 ekor ikan setiap tahunnya, penjualan ikan betok ini akan membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palangka Raya. Di Kalimantan, harga pasar untuk ikan betok berkisar antara Rp30.000 hingga Rp80.000 per kilogram.
Menurut Heriyanto, fasilitas Sei Katune menampung 10 pasang ikan betok kawin untuk mencapai target tersebut. Setiap pasangan kawin menghasilkan tiga hingga lima ribu benih ikan dari betina. Mirip dengan ikan gabus, telur betok juga dipisahkan dari induknya setelah menetas. Benih ikan kemudian dipelihara di kolam pendederan terpisah, di mana mereka dibesarkan dari tahap larva hingga tumbuh hingga mencapai panjang lima sentimeter. Heriyanto menjelaskan larva harus diberi makan setiap dua jam sekali. Namun, begitu benih tumbuh lebih besar, frekuensi pemberian makan dapat dikurangi menjadi sekali atau dua kali sehari.
Berdasarkan pengalamannya baru-baru ini, Heriyanto berpendapat bahwa kedua spesies tersebut cocok untuk dibudidayakan di tambak ikan di lahan gambut. “Gabus dan betok sama-sama bisa bertahan dengan baik di air gambut hitam,” kata Heriyanto. “Apalagi nilai ekonominya cukup tinggi sehingga menjadi komoditas yang baik untuk dibudidayakan masyarakat di lahan gambut.”